Jumat, 04 November 2016

BUS RAPID TRANSIT (BRT)


I.          Sejarah BRT
Pengembangan  pertama dalam skala besar dari layanan bus ekspress dimulai di Curitiba (Brazil) pada tahun 1974, tetapi ada beberapa proyek-proyek kecil sebelum pembangunan itu. Sejak itu, pengalaman Curitiba telah meberikan inspirasi pada kota-kota lain untuk mengembangkan sistem serupa. Pada tahun 1970-an, pengembangan sistem BRT telah terbatas pada Amerika Utara dan Selatan. Pada akhir tahun 1990-an, reproduksi konsep BRT mulai tumbuh kembali dan di buka di Quito-  Ekuador pada tahun 1996, Los Angeles-  USA pada tahun 1999 dan Bogota  –  Kolombia pada tahun 2000. Diatas semua, proyek TransMilenio di Bogota mulai beroperasi pada tahun 2000 dan keberhasilan nya telah menarik perhatian masyarakat internasional sebagai contoh sistem BRT.

Di Asia, sebelum tahun 2000, percobaan BRT sangat terbatas ada jumlah dan cakupannya. Sistem BRT di Nagoya-  Jepang dan Tai pe  –  China telah dianggap sistem yang relative lengkap dikawasan Asia (Wright, 2005). Penyebaran BRT di Asia menjadi lebih jelas sejak tahun 2004. Pada tahun 2004, jalur bus Transjakarta mulai beroprasi dari Blok M menuju Kota. (Hook dan Ernst, 2005). Pada  tanggal 1 Juli 2004, 3 koridor BRT sepamjang 37 km telah dibangun di Seoul  –  Korea Selatan (Pucher dan al. 2005). Pada tangal 25 Desember 2004, tahap pertama komersial BRT diluncurkan di Beijing –  China sepanjang 5 km (Chang, 2005). Di Bangkok, proyek BRT telah diumumkan pada tahun 2004 oleh Gubernur baru di Bangkok Administration (BMA), dan dibuka pada Oktober 2005.

Meskipun ada beberapa kebingungan di Indonesia dan Seoul, dimana jalur diperkenalkan, BRT di Jakarta, Seoul dan Beijing telah menunjukkan beberapa keberhasilan dan sistem ini terus dikembangkan dan dimodernisasi. Jumlah kota yang mengembangkan atau menerapkan BRT terus semakin meningkat. Di Cina, BRT telah di buka di Hangzhou pada April 2006. Menurut sebuah website dengan CAI-Asia (2006), layanan BRT sedang direncenakan atau sedang dibangun di 18 kota. Perlu dicatat bahwa sistem BRT di Asia mempunyai kesamaan dengan sistem BRT di Curitibia dan Bogota. Bahkan ada catatan bahwa ada komunitas antara kota-kota Asia dan Amerika Latin mengunjungi Kota, seperti Gubernur DKI Jakarta ke Bogota pada mei 2003.

II.          Pengertian BRT
Bus Rapid Transit  (BRT) merupakan sebuah sistem  transportasi publik dengan menggunakan bus yang  mengintegrasikan perbaikan modal dan operasional untuk  dapat memberikan  pelayanan yang lebih cepat dan lebih berkualitas dibandingkan jalur bus standar pada umumnya  (Carey, 2002).  Definisi yang lebih detil dikembangkan dalam proyek  Transit Cooperative Research Program  (TCRP) A-23, yakni  BRT merupakan sebuah mode transit cepat  yang fleksibel menggunakan ban karet yang mengkombinasikan stasiun (halte), kendaraan, pelayanan, jalur khusus, dan elemen dari  Intelligent Transportation System  (ITS) ke dalam suatu sistem yang terintegrasi dengan identitas yang kuat (Levinson, 2002). Tujuan dari sistem transportasi BRT adalah untuk mencapai kualitas layanan seperti pada transportasi dengan kereta api sementara masih dapat menikmati penghematan biaya dan fleksibilitas pada BRT (Kristijo, 2011). Berikut adalah beberapa definisi tentang Bus Rapid Transit menurut para ahli, antara lain :
1.   “Bus Rapid Transit  (BRT) adalalah suatu flesibel, moda dengan roda karet  yang mempunyai transit yang cepat dan  yang dikombinasikan station (halte), kendaraan, pelayanan, jalan dan elemen  Intelligent Transportation System  (ITS) dalam satu sistem yang terintegrasi dengan identitas yang kuat.”(Levinson etal.2003, p.12).
2.  “Bus Rapid Transit  (BRT) adalah berkualitas tinggi, transit orientasi klien yang menawarkan kecepatan, nyaman, dan harga yang terjangkau.”(Wright, 2003, p. 1).
3. “Bus Rapid Transit  (BRT) adalah suatu moda transportasi yang cepat yang mengkombinasikan kualitas transportasi kereta dan flesibiltas bus.’(Tomas, 2001).

     Semua definisi ini menetapkan  Bus Rapid Transit  (BRT) terpisah dengan pelayanan bus konvensional. Bahkan, definisi cenderung menunjukkan bahwa BRT banyak kesamaan dengan sistem berbasis rel, terutama dalam hal kinerja operasi dan pelayanan terhadap penumpang. BRT telah berusaha mengambil aspek sistem LRT dan metro dan paling disayangi oleh pelanggan angkutan umum dan membuat atribut-atribut lebih untuk mudah diakses berbagai kutipan lebih luas. Perbedaan utama antara BRT dengan sistem rel pada perkotaan adalah bahwa BRT biasanya dapat memberikan layanan transportasi umum dengan kualitas yang tinggi dan dengan biaya yang mudah terjangkau oleh masyarakat. Sistem transportasi menggunakan BRT masih tergolong baru, dan mulai berkembang dengan pesat di beberapa kota besar dan negara berkembang di dunia. Tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan implementasi BRT pada negara berkembang yang dikutip dari Menckhoff (2006) dalam Kristijo (2011).

Berikut adalah Tabel Implementasi BRT pada Negara Berkembang :
No
Kota
Tahun Berdiri
Populasi (juta jiwa)
Panjang Jalur (km)
1
Curitiba (Brazil)
1974
3,2
65
2
Goiania (Brazil)
1976
1,3
35
3
Quito (Ecuador)
1995
1,6
33
4
Bogota (Colombia)
2000
6,7
85
5
Leon (Mexico)
2003
4,1
26
6
Mexico City
2005
8,8
20
7
Jakarta (Indonesia)
2004
9,5
46
8
Beijing (China)
2005
22,0
16
9
Hangzhou (China)
2006
6,8
10

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa Indonesia mulai mengimplementasikan sistem BRT pada tahun 2004 di kota Jakarta yang disebut dengan TransJakarta. Pada tahun 2008, sistem BRT mulai diimplentasikan di kota Yogyakarta dengan nama Trans Jogja. Kegiatan operasional bus Trans Jogja dikelola oleh PT Jogja Tugu Trans.  Pembangunan Trans Jogja dirasa penting dan mendesak karena sistem transportasi Yogyakarta dan sekitarnya sebelumnya dinilai tidak efisien (Wijayanto, 2012).

III.          Kelebihan dan Kekurangan BRT
Ø  Kelebihan :
1)  Tarif ongkos murah
Bus Transjakarta adalah salah satu transportasi umum yang ongkosnya murah. Bayangkan hanya dengan uang Rp 3500,- saja sudah bisa keliling kota Jakarta, tetapi tidak boleh keluar dari halte. Kalau kita sempat keluar kita harus membeli tiket lagi karena tiket berlaku untuk sekali perjalanan. Untuk bisa keliling kota Jakarta kita harus transit dari satu halt eke halte lain.
2)  Mendapatkan perlakuan istimewa
Coba kita perhatikan, hanya di bus yang satu ini para wanita, lansia, ibu hamil dan orang cacat yang mendapat perlakuan istimewa. Coba bandingkan dengan bus lain, untuk tempat duduk “siapa cepat dia dapat”. Begitulah kenyataan yang ada menurut masyarakat Jakarta yang menggunakan jasa transportasi umum.
3)  Keamanan dan keselamatan lebih terjamin
Di dalam bus Transjakarta dilengkapi dengan kamera CCTV  sehingga dapat membantu untuk mengontrol tindakan-tindakan kejahatan  di dalam bus. Selain itu juga ada petugas jaga di depan pintu untuk mengingatkan rute-rute perjalanan yang akan dituju serta membantu penumpang yang mau keluar dan masuk ke dalam bus. Keselamatan di dalam bus ini lebih terjamin karena mempunyai jalur tersendiri saat beroperasi di jalan. Kecelakaan tabrakan dengan kenderaan lain sedikit kemungkinannya karena mempunyai jalur khusus.
4)  Dibangun untuk masyarakat umum
Semua orang baik yang ekonomi bawah, menengah dan atas dapat menikmati  jasa transportasi ini karena ini memang dikhususkan untuk umum.  Setiap konsumen mendapatkan perlakuan yang sama, tidak mengenal adanya istilah rasisme.
5)  Mendapatkan kenyamanan selama di dalam bus
Di dalam bus Transjakarta para penumpang merasa nyaman karena di dalam bus dilengkapi dengan Air conditioner sehingga penumpang tidak merasa gerah selama berada di dalam bus. Selain itu, pintu bus juga merupakan pintu otomatis, pramudi hanya perlu menekan tombol open dan lock maka pintu pun akan terbuka otomatis.

Ø  Kekurangan :
1)  Frekuensi waktu menunggu cukup lama
Di saat menunggu bus tiba di halte bisa memakan waktu yang lama berkisara antara 15-30 menit. Jadi bila kita manfaatkan waktu tersebut untuk mendengarkan  MP3, ya sekitar 5-10 lagu sempat terputar.
2)  Armadanya perlu diperbanyak
Untuk  jam-jam sibuk di Jakarta biasanya penumpang busway overload (kelebihan muatan) sehingga penumpang harus bersempit-sempitan di dalam bus. Jadi perlu dilakukan penambahan armada bus mengingatnya kelebihan muatan pada saat jam-jam sibuk.
3)  Sterilisasi pembangunan busway perlu ditingkatkan
Jika ada pembangunan atau perenovasian busway (jalur bus) perlu langsung dibersihkan segera agar tidak mengurangi keindahan dan kebersihan kota Jakarta. Selain itu juga agar tidak mengganggu kenderaan lain yang hendak lewat.

Referensi :
1.    Mokhammad Nasrulloh, FT UI, 2010.
2.    Strawberrycreampuff.wordpress.com
3.    Anasaff.blogspot.com
4.    Dishub.jabarprov.go.id

5.    Etd.repository.ugm.ac.id

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum kk, mau nanya boleh minta buku tentang BRT gak?

    BalasHapus
  2. Saya laki-laki, kebetulan lagi googling ttg BRT, maaf ttg prioritas, bedakan prioritas duduk dengan prioritas RKW ya, kalau prioritas untuk wanita adalah ruang khusus wanita adalah ruang untuk duduk DAN BERDIRI. Paling males kalau udah gak ada tempat duduk, perempuan (selain yg hamil, gendong bayi, atau sudah tua tentu) malah ke belakang sehingga space berdiri di ruang khusus wanita mubazir. konsep ini perlu dirubah, di luar area khusus wanita, penumpang prioritas adalah ibu HAMIL, lansia, gendong bayi dan diffabel. Gak ada cewek main HP masuk prioritas. Sudah berkali-kali saya lihat (to be fair saya tidak terlalu sering menggunakan TJ). pria harus berdiri walau ada kursi kosong di RKW, padahal banyak wanita di kursi umum, selain itu saat jam penuh space berdiri di depan jd terlalu lengang dan numpuk di belakang, karena msh ada wanita berharap duduk shg tidak mau berdiri di RKW (untungnya yg saya liat pria nya cukup cerdik dengan TIDAK kasih duduk perempuan selain yg priorotas). Cuma mengingatkan supaya kalimat anda tdk salah tafsir. Terima kasih.

    BalasHapus