BUS RAPID TRANSIT (BRT)
I.
Sejarah BRT
Pengembangan pertama dalam skala besar dari layanan bus
ekspress dimulai di Curitiba (Brazil) pada tahun 1974, tetapi ada beberapa
proyek-proyek kecil sebelum pembangunan itu. Sejak itu, pengalaman Curitiba
telah meberikan inspirasi pada kota-kota lain untuk mengembangkan sistem
serupa. Pada tahun 1970-an, pengembangan sistem BRT telah terbatas pada Amerika
Utara dan Selatan. Pada akhir tahun 1990-an, reproduksi konsep BRT mulai tumbuh
kembali dan di buka di Quito-
Ekuador pada tahun 1996, Los Angeles-
USA pada tahun 1999 dan Bogota
– Kolombia pada tahun 2000.
Diatas semua, proyek TransMilenio di Bogota mulai beroperasi pada tahun 2000
dan keberhasilan nya telah menarik perhatian masyarakat internasional sebagai
contoh sistem BRT.
Di Asia, sebelum tahun 2000, percobaan
BRT sangat terbatas ada jumlah dan cakupannya. Sistem BRT di Nagoya- Jepang dan Tai pe –
China telah dianggap sistem yang relative lengkap dikawasan Asia (Wright, 2005).
Penyebaran BRT di Asia menjadi lebih jelas sejak tahun 2004. Pada tahun 2004, jalur
bus Transjakarta mulai beroprasi dari Blok M menuju Kota. (Hook dan Ernst,
2005). Pada tanggal 1 Juli 2004, 3
koridor BRT sepamjang 37 km telah dibangun di Seoul –
Korea Selatan (Pucher dan al. 2005). Pada tangal 25 Desember 2004, tahap
pertama komersial BRT diluncurkan di Beijing –
China sepanjang 5 km (Chang, 2005). Di Bangkok, proyek BRT telah
diumumkan pada tahun 2004 oleh Gubernur baru di Bangkok Administration (BMA),
dan dibuka pada Oktober 2005.
Meskipun ada beberapa kebingungan di
Indonesia dan Seoul, dimana jalur diperkenalkan, BRT di Jakarta, Seoul dan
Beijing telah menunjukkan beberapa keberhasilan dan sistem ini terus
dikembangkan dan dimodernisasi. Jumlah kota yang mengembangkan atau menerapkan
BRT terus semakin meningkat. Di Cina, BRT telah di buka di Hangzhou pada April
2006. Menurut sebuah website dengan CAI-Asia (2006), layanan BRT sedang
direncenakan atau sedang dibangun di 18 kota. Perlu dicatat bahwa sistem BRT di
Asia mempunyai kesamaan dengan sistem BRT di Curitibia dan Bogota. Bahkan ada
catatan bahwa ada komunitas antara kota-kota Asia dan Amerika Latin mengunjungi
Kota, seperti Gubernur DKI Jakarta ke Bogota pada mei 2003.
II.
Pengertian BRT
Bus Rapid Transit (BRT) merupakan sebuah sistem transportasi publik dengan menggunakan bus
yang mengintegrasikan perbaikan modal
dan operasional untuk dapat
memberikan pelayanan yang lebih cepat
dan lebih berkualitas dibandingkan jalur bus standar pada umumnya (Carey, 2002). Definisi yang lebih detil dikembangkan dalam
proyek Transit Cooperative Research
Program (TCRP) A-23, yakni BRT merupakan sebuah mode transit cepat yang fleksibel menggunakan ban karet yang
mengkombinasikan stasiun (halte), kendaraan, pelayanan, jalur khusus, dan
elemen dari Intelligent Transportation
System (ITS) ke dalam suatu sistem yang
terintegrasi dengan identitas yang kuat (Levinson, 2002). Tujuan dari sistem
transportasi BRT adalah untuk mencapai kualitas layanan seperti pada
transportasi dengan kereta api sementara masih dapat menikmati penghematan
biaya dan fleksibilitas pada BRT (Kristijo, 2011). Berikut adalah beberapa definisi tentang Bus Rapid Transit menurut
para ahli, antara lain :
1. “Bus Rapid Transit (BRT) adalalah suatu flesibel, moda dengan
roda karet yang mempunyai transit yang
cepat dan yang dikombinasikan station
(halte), kendaraan, pelayanan, jalan dan elemen
Intelligent Transportation System
(ITS) dalam satu sistem yang terintegrasi dengan identitas yang
kuat.”(Levinson etal.2003, p.12).
2. “Bus Rapid Transit (BRT) adalah berkualitas tinggi, transit
orientasi klien yang menawarkan kecepatan, nyaman, dan harga yang
terjangkau.”(Wright, 2003, p. 1).
3. “Bus Rapid Transit (BRT) adalah suatu moda transportasi yang
cepat yang mengkombinasikan kualitas transportasi kereta dan flesibiltas
bus.’(Tomas, 2001).
Semua
definisi ini menetapkan Bus Rapid
Transit (BRT) terpisah dengan pelayanan
bus konvensional. Bahkan, definisi cenderung menunjukkan bahwa BRT banyak
kesamaan dengan sistem berbasis rel, terutama dalam hal kinerja operasi dan
pelayanan terhadap penumpang. BRT telah berusaha mengambil aspek sistem LRT dan
metro dan paling disayangi oleh pelanggan angkutan umum dan membuat
atribut-atribut lebih untuk mudah diakses berbagai kutipan lebih luas.
Perbedaan utama antara BRT dengan sistem rel pada perkotaan adalah bahwa BRT
biasanya dapat memberikan layanan transportasi umum dengan kualitas yang tinggi
dan dengan biaya yang mudah terjangkau oleh masyarakat. Sistem
transportasi menggunakan BRT masih tergolong baru, dan mulai berkembang dengan
pesat di beberapa kota besar dan negara berkembang di dunia. Tabel 1.1 di bawah
ini menunjukkan implementasi BRT pada negara berkembang yang dikutip dari
Menckhoff (2006) dalam Kristijo (2011).
Berikut adalah Tabel Implementasi BRT
pada Negara Berkembang :
No
|
Kota
|
Tahun Berdiri
|
Populasi (juta jiwa)
|
Panjang Jalur (km)
|
1
|
Curitiba
(Brazil)
|
1974
|
3,2
|
65
|
2
|
Goiania
(Brazil)
|
1976
|
1,3
|
35
|
3
|
Quito
(Ecuador)
|
1995
|
1,6
|
33
|
4
|
Bogota
(Colombia)
|
2000
|
6,7
|
85
|
5
|
Leon
(Mexico)
|
2003
|
4,1
|
26
|
6
|
Mexico
City
|
2005
|
8,8
|
20
|
7
|
Jakarta
(Indonesia)
|
2004
|
9,5
|
46
|
8
|
Beijing
(China)
|
2005
|
22,0
|
16
|
9
|
Hangzhou
(China)
|
2006
|
6,8
|
10
|
Berdasarkan
Tabel diatas menunjukkan bahwa Indonesia mulai mengimplementasikan sistem BRT
pada tahun 2004 di kota Jakarta yang disebut dengan TransJakarta. Pada tahun
2008, sistem BRT mulai diimplentasikan di kota Yogyakarta dengan nama Trans
Jogja. Kegiatan operasional bus Trans Jogja dikelola oleh PT Jogja Tugu
Trans. Pembangunan Trans Jogja dirasa
penting dan mendesak karena sistem transportasi Yogyakarta dan sekitarnya
sebelumnya dinilai tidak efisien (Wijayanto, 2012).
III.
Kelebihan dan Kekurangan BRT
Ø Kelebihan :
1) Tarif ongkos murah
Bus Transjakarta adalah salah satu transportasi umum yang ongkosnya
murah. Bayangkan hanya dengan uang Rp 3500,- saja sudah bisa keliling kota
Jakarta, tetapi tidak boleh keluar dari halte. Kalau kita sempat keluar kita
harus membeli tiket lagi karena tiket berlaku untuk sekali perjalanan. Untuk
bisa keliling kota Jakarta kita harus transit dari satu halt eke halte lain.
2) Mendapatkan perlakuan istimewa
Coba kita perhatikan, hanya di bus yang satu ini para wanita,
lansia, ibu hamil dan orang cacat yang mendapat perlakuan istimewa. Coba
bandingkan dengan bus lain, untuk tempat duduk “siapa cepat dia dapat”.
Begitulah kenyataan yang ada menurut masyarakat Jakarta yang menggunakan jasa
transportasi umum.
3) Keamanan dan keselamatan lebih terjamin
Di dalam bus Transjakarta dilengkapi dengan kamera CCTV sehingga dapat membantu untuk mengontrol
tindakan-tindakan kejahatan di dalam
bus. Selain itu juga ada petugas jaga di depan pintu untuk mengingatkan
rute-rute perjalanan yang akan dituju serta membantu penumpang yang mau keluar
dan masuk ke dalam bus. Keselamatan di dalam bus ini lebih terjamin karena
mempunyai jalur tersendiri saat beroperasi di jalan. Kecelakaan tabrakan dengan
kenderaan lain sedikit kemungkinannya karena mempunyai jalur khusus.
4) Dibangun untuk masyarakat umum
Semua orang baik yang ekonomi bawah, menengah dan atas dapat
menikmati jasa transportasi ini karena
ini memang dikhususkan untuk umum.
Setiap konsumen mendapatkan perlakuan yang sama, tidak mengenal adanya
istilah rasisme.
5) Mendapatkan kenyamanan selama di dalam
bus
Di dalam bus Transjakarta para penumpang merasa nyaman karena di
dalam bus dilengkapi dengan Air conditioner sehingga penumpang tidak merasa
gerah selama berada di dalam bus. Selain itu, pintu bus juga merupakan pintu
otomatis, pramudi hanya perlu menekan tombol open dan lock maka pintu pun akan
terbuka otomatis.
Ø Kekurangan :
1) Frekuensi waktu menunggu cukup lama
Di saat menunggu bus tiba di halte bisa memakan waktu yang lama
berkisara antara 15-30 menit. Jadi bila kita manfaatkan waktu tersebut untuk
mendengarkan MP3, ya sekitar 5-10 lagu
sempat terputar.
2) Armadanya perlu diperbanyak
Untuk jam-jam sibuk di
Jakarta biasanya penumpang busway overload (kelebihan muatan) sehingga
penumpang harus bersempit-sempitan di dalam bus. Jadi perlu dilakukan
penambahan armada bus mengingatnya kelebihan muatan pada saat jam-jam sibuk.
3) Sterilisasi pembangunan busway perlu
ditingkatkan
Jika ada pembangunan atau perenovasian busway (jalur bus) perlu
langsung dibersihkan segera agar tidak mengurangi keindahan dan kebersihan kota
Jakarta. Selain itu juga agar tidak mengganggu kenderaan lain yang hendak
lewat.
Referensi
:
1. Mokhammad
Nasrulloh, FT UI, 2010.
2. Strawberrycreampuff.wordpress.com
3. Anasaff.blogspot.com
4. Dishub.jabarprov.go.id
5. Etd.repository.ugm.ac.id
Assalamu'alaikum kk, mau nanya boleh minta buku tentang BRT gak?
BalasHapusSaya laki-laki, kebetulan lagi googling ttg BRT, maaf ttg prioritas, bedakan prioritas duduk dengan prioritas RKW ya, kalau prioritas untuk wanita adalah ruang khusus wanita adalah ruang untuk duduk DAN BERDIRI. Paling males kalau udah gak ada tempat duduk, perempuan (selain yg hamil, gendong bayi, atau sudah tua tentu) malah ke belakang sehingga space berdiri di ruang khusus wanita mubazir. konsep ini perlu dirubah, di luar area khusus wanita, penumpang prioritas adalah ibu HAMIL, lansia, gendong bayi dan diffabel. Gak ada cewek main HP masuk prioritas. Sudah berkali-kali saya lihat (to be fair saya tidak terlalu sering menggunakan TJ). pria harus berdiri walau ada kursi kosong di RKW, padahal banyak wanita di kursi umum, selain itu saat jam penuh space berdiri di depan jd terlalu lengang dan numpuk di belakang, karena msh ada wanita berharap duduk shg tidak mau berdiri di RKW (untungnya yg saya liat pria nya cukup cerdik dengan TIDAK kasih duduk perempuan selain yg priorotas). Cuma mengingatkan supaya kalimat anda tdk salah tafsir. Terima kasih.
BalasHapus